Kita hidup di dunia sains, kekuatan paling mendalam yang mengubah hidup kita. Bahasa terkait erat dengan kecerdasan manusia. Bahasa digunakan untuk menjelaskan dan menyampaikan sains, dengan tulisan ilmiah menjadi catatan sains. Bahasa itu sendiri dianggap bukan sains. Namun, dalam artikel saya baru-baru ini “kemandirian bahasa tulis dari dunia nontekstual”, kami mencatat bahwa teks adalah bagian dari sains. Kami menyebutkan bahwa dunia dapat dijelaskan ulang. Sekarang, mari kita mulai menjelaskan ulang dunia dari membahas “tulisan sebagai bagian dari sains”. Di sini, seperti biasa, kami menganggap bahasa tulis sebagai bentuk bahasa yang esensial.
Prinsip investigasi
Kita memperlakukan teks sebagai informasi visual independen yang dapat menjadi bagian dari ilmu pengetahuan, bukan sebagai representasi ilmu pengetahuan.
Kami menganggap sains sebagai kumpulan informasi sensorik, sebagian besar berupa apa yang kita lihat. Sains dibagi menjadi bagian tekstual dan bagian non-tekstual (visual dan non-visual). Investigasi dilakukan terhadap karakteristik informasi, serta pengaruh dan kontribusi informasi terhadap indra dan pikiran. Kami meneliti sifat-sifat teks dan bacaan untuk mengetahui peran teks dalam sains.
Sifat umum ilmu pengetahuan dan bahasa tulis
Sebagai kerajaan yang tak terbatas, sains memiliki beberapa sifat utama. Kita dapat melihat banyak kesamaan antara sifat utama bahasa tulis dan sains. Berikut ini adalah beberapa di antaranya. Kualitas-kualitas ini tidak dimiliki oleh nonteks, setidaknya tidak sepenuhnya. Itu menunjukkan bahwa teks terletak di jantung sains. Teks memberi sains sifat-sifat intinya; dan meletakkan dasar bagi semua sains.
1. Berurutan: Teks berurutan memungkinkan penalaran sebab-akibat. Teks ini juga membentuk prosedur. Metode ilmiah menekankan prosedur, di mana segala sesuatunya dilakukan selangkah demi selangkah.
2. Kejelasan: Hal ini membuat kita “melihat sesuatu” lebih jelas. Meskipun fenomena itu sendiri tidak jelas, teks yang menjelaskannya layak untuk dilihat. Karena itu, sains memiliki kekuatan untuk menyelami detail dan “bagian yang tidak terlihat” dari sesuatu. Para peneliti berusaha untuk melihat sesuatu dengan jelas, misalnya dengan mikroskop dan teleskop. Apa yang mereka lakukan sebenarnya adalah menghasilkan informasi visual yang terlihat oleh mata mereka.
3. Kekompakan dan kesederhanaan: Ilmuwan selalu berusaha membuat deskripsi pengetahuan yang sederhana. Memecah hal-hal yang rumit menjadi elemen yang lebih sederhana merupakan semangat utama sains, karena pengamatan eksperimental yang berulang dapat dikodifikasikan ke dalam kombinasi simbol.
4. Terorganisir dan sistematis: Karena pengaturan tekstual, sains menjadi terorganisir dan sistematis.
5. Ketelitian: Ada aturan-aturan yang ditetapkan untuk pembentukan kata, kalimat, paragraf, dan buku. Hal ini berkontribusi pada ketelitian sains.
6. Kumulatif dan bercabang: Teori-teori baru biasanya didasarkan pada atau berasal dari teori-teori yang sudah ada. Akumulasi terjadi dengan cara mengutip, memodifikasi, mengedit, dan memperluas tulisan-tulisan ilmiah yang sudah ada. Akumulasi ilmu-ilmu juga memerlukan pembagian ke dalam berbagai disiplin ilmu dan cabang-cabang, yang ditata berdasarkan teks-teks.
7. Terpadu dan saling terhubung: Karena adanya hubungan dan organisasi simbolik dalam teks, pertumbuhan ilmu pengetahuan yang tak terbatas tidak mengakibatkan kekacauan karena mereka memiliki teks sebagai pusatnya. Ilmu pengetahuan saling terkait dan hubungan di antara mereka pun terbentuk. Bidang-bidang interdisipliner juga dikembangkan di antaranya.
8. Stabil dan mudah diingat: Karena sifatnya yang sederhana, jelas, dan berurutan, tulisan tetap stabil selama proses akumulasi. Ilmu pengetahuan yang sudah ada tidak berubah ketika fenomena baru muncul. Selama pengembangan, ilmu pengetahuan perlu dihafal untuk digunakan, yang difasilitasi oleh teks.
9. Prediktif: Asosiasi antara teks dan nonteks agak bersifat arbitrer, bervariasi, dan dapat diperluas. Pikiran yang terpelajar dilengkapi dengan teks untuk menganalisis fenomena baru dan membuat asosiasi baru. Dengan cara ini, sains dikatakan dapat memprediksi masa depan.
10. Representasional dan eksplanatif: Sains merepresentasikan sesuatu dan menjelaskan mengapa sesuatu itu ada dan bagaimana sesuatu itu bekerja. Yang paling berguna untuk menjelaskan adalah teks, gambar, diagram, buku, dan makalah. Untuk pemikiran ilmiah yang kompleks, orang yang melek huruf tidak yakin sampai mereka dapat menjelaskan pikiran mereka dalam teks. Sifat eksplanatif dari bahasa dan tulisan mungkin telah diabaikan.
Teks: landasan pemikiran ilmiah
Publikasi ilmiah menggambarkan teori dan temuan. Deskripsi tersebut menjadi inti pemikiran ilmiah. Teks ilmiah mengatur dan memberdayakan pikiran kita untuk mencari solusi. Ketika kita memikirkan solusi, kita membayangkan simbol, garis, kurva, dan bentuk untuk menggambarkan apa yang kita pelajari. [1]Pemikiran ilmiah berlaku melalui penalaran pada teks. [2]dengan cara memfiksasi, menentang, menggerakkan, mencari, membandingkan, mengatur, dsb. Tanpa teks, kita tidak dapat benar-benar memahami sains. Kita membacanya untuk mempelajari sains. Teks menyuntikkan sains ke dalam pikiran kita, yang kemudian berdampak.
Selama penelitian, para ilmuwan banyak membaca. Selama dan setelah membaca, mereka benar-benar melakukan pemikiran ilmiah berdasarkan teks. Para ilmuwan menulis untuk menciptakan ilmu pengetahuan. Mereka menerbitkan karya untuk menyebarkan ilmu pengetahuan.
Gagasan ini jelas dapat diterapkan pada sains dan teknologi dalam arti luas. Ilmu sosial, sains terapan, teknologi, teknik, dan sebagainya semuanya mengandung hakikat sains: berpusat pada teks. Kualitas teks dan bacaan juga berkaitan dengan hampir semua bidang lain, seperti hukum dan sejarah. Perluasan teks yang tak berujung telah menyamakan bentuk mental dari banyak disiplin ilmu yang tampaknya tidak berhubungan, yang semuanya memiliki sifat ilmiah berbasis teks. Kehidupan sehari-hari masyarakat dipenuhi dengan teks. Meskipun banyak teks tidak berorientasi pada sains, teks memperkaya pikiran masyarakat dengan kualitas ilmiah.
Teks dan nonteks dalam sains
Teks-teks tersebut memiliki hubungan dengan non-teks untuk membentuk keseluruhan ilmu pengetahuan. Non-teks adalah tujuan, sumber daya, materi, dan kejadian-kejadian ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan didefinisikan dan dikategorikan menurut karakteristik non-teks. Biasanya, inti tekstual bukanlah tujuan, tetapi sarana. Melalui hubungan dengan pikiran tekstual, tujuan-tujuan non-tekstual tercapai. Non-teks yang sangat banyak bahkan dapat merusak visibilitas dan realitas teks, belum lagi status sentralnya dalam ilmu pengetahuan. Memang, yang kami usulkan bukanlah untuk menolak dominasi non-teks sebagai informasi sensorik, tetapi bahwa informasi yang dominan tersebut menjadi ilmiah karena hubungannya dengan teks.
Banyak kata memiliki banyak arti dalam berbagai disiplin ilmu, baik sains maupun nonsains. Kita perlu membaca kalimat dan paragraf untuk mengetahui arti sebenarnya. Sebaliknya, sebuah teori dapat dijelaskan dengan berbagai cara. Teks-teks tersebut tampak kasual, subjektif, dan bervariasi, yang bertentangan dengan sifat-sifat sains yang formal, objektif, dan tetap. Padahal, tidak ada konflik. Sifat-sifat tersebut dicapai melalui pemrosesan pikiran individu terhadap teks-teks besar yang berasal dari pertemuan visual.
Kesimpulan
Sains mencakup kumpulan informasi yang sangat luas, baik tekstual maupun nontekstual. Fitur visual teks dan karakteristik bacaan mencerminkan sifat-sifat utama sains, yang menunjukkan bahwa tulisan ilmiah merupakan bagian utama sains. Teks menyediakan informasi visual untuk dipelajari, diingat, diproses, dan dicari, sehingga membangun landasan ilmiah dalam pikiran.
Dua tahun lalu, saya telah membahas pentingnya pikiran tekstual, yang mendukung sains. Sekarang, kita melangkah lebih jauh dengan mempertimbangkan teks sebagai inti dari sains yang kuat, dengan menggabungkan teks ke dalam sains. Itu dapat membentuk dasar baru untuk analisis sains atau dunia yang terkait dengan teks.
[1] Diagram dan gambar terdapat dalam teks ilmiah untuk membantu menjelaskan. Diagram dan gambar merupakan tambahan pada dimensi simbolik teks. Namun, huruf dan kata biasanya merupakan bagian dari rumus dan disematkan ke dalam diagram dan gambar.
[2] Dalam pikiran orang yang terpelajar, teks diaktifkan ketika kita menganalisis objek nontekstual. Teks baru, bahkan teori baru dapat dihasilkan dengan cara ini. Orang yang terpelajar mungkin tidak tahu kekuatan yang mendasarinya berasal dari teks dalam pikiran.