Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang banyak diterapkan pada mata pelajaran lain dan mempunyai keterkaitan dengan hampir semua bidang kehidupan. Penggunaannya ditemukan di setiap sudut dunia termasuk bidang seni, keuangan, teknik, olahraga, dan arsitektur. Penemuan-penemuan di bidang matematika muncul dari kebutuhan masyarakat dan dimanfaatkan untuk memenuhi keinginan manusia.
Sejak prasekolah dan taman kanak-kanak, pembelajaran Matematika telah dipraktikkan dan siswa mulai belajar Matematika dan bahasa bersama-sama di tingkat pra sekolah dasar. Berhitung, bermain permainan Matematika adalah bagian dari kurikulum taman kanak-kanak dan digunakan sebagai alat penting untuk mengukur kemampuan numerik siswa secara umum yang menjadi landasan bagi keterampilan tingkat lanjut dalam mata pelajaran tersebut di kemudian hari.
Meskipun anak-anak menikmati aktivitas Matematika di tingkat taman kanak-kanak, seiring berjalannya waktu mereka menganggap mata pelajaran tersebut mengerikan dan mulai tidak menyukai kelas Matematika. Tanpa mengetahui alasan ketidaksukaan mereka terhadap Matematika, siswa merasa takut terhadap pelajaran Matematika. Dalam sebagian besar kasus, siswa tidak mengungkapkan masalah terkait Matematika mereka baik kepada orang tua atau pihak sekolah. Perhatian yang tepat dan perhatian tepat waktu dari orang tua dan guru sangat penting untuk membawa siswa keluar dari situasi sulit dalam pembelajaran Matematika.
Berikut adalah beberapa penyebab masalah Matematika pada siswa
Diskalkulia: Merupakan kondisi mental ketidakmampuan siswa dalam berhitung dan mengerjakan konsep bilangan. Ini berbeda dari siswa ke siswa. Beberapa siswa merasa kesulitan dalam menghitung benda dalam kelompok, beberapa siswa menganggap fakta Matematika sulit, dan beberapa siswa tidak dapat menggunakan kosakata terkait Matematika dengan mudah.
Disleksia: Ini adalah masalah yang sangat umum ditemukan di kalangan siswa dalam keterampilan membaca mereka. Siswa penderita disleksia merasa kesulitan mengerjakan soal kata.
Kecemasan matematika: Ini adalah kondisi mental umum yang disebabkan oleh tekanan orang tua, tekanan teman sebaya, kurang percaya diri, dan kepercayaan pada mitos terkait Matematika.
Kurangnya pemrosesan visual: Jika siswa tidak dapat mengenali pola atau membaca grafik dan peta, ini merupakan kasus gangguan pemrosesan visual.
Semua kondisi ini tidak menimbulkan kepanikan dan berada di tangan orang tua untuk mengatasi masalah tersebut melalui solusi yang tepat. Menghubungi guru sekolah, mendapatkan nasihat dari psikolog, bertemu dengan orang tua lain yang mengalami situasi serupa adalah beberapa solusi yang dapat dilakukan orang tua untuk mengatasi kesulitan belajar Matematika anak mereka. Orang tua juga dapat menjadikan Matematika sebagai mata pelajaran yang menyenangkan melalui alat dan aplikasi teknologi serta meningkatkan kepercayaan diri siswa.
Pakar pendidikan di bidang bimbingan belajar online menyarankan tindakan yang sesuai untuk kondisi siswa seperti itu melalui tes diagnosis dan sesi yang dipersonalisasi. Diskusi jujur para tutor Matematika online dengan pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan membuat siswa menjelaskan kondisinya kepada mereka dengan pikiran terbuka. Dengan demikian, siswa bisa mendapatkan solusi yang sesuai dari pakar mata pelajaran di pusat bimbingan belajar virtual. Pendekatan sabar mereka terhadap siswa merupakan faktor tambahan dalam skenario ini.
Oleh karena itu, pembelajaran Matematika menimbulkan beberapa kesulitan bagi siswa tetapi mereka dapat mengatasinya melalui konseling dan bantuan yang tepat. Hanya penemuan inefisiensi yang tepat waktulah yang dapat memberikan hasil yang menjanjikan bagi para pejuang matematika di masa depan.